Assalamualaikum
Wr. Wb.
Pada
kesempatan kali ini saya akan memposting tentang kiat-kiat menjadi pelajar
muslim yang sukses. Ya langsung saja ke TKP. XD
Sukses dapat diartikan sebagai
keadaan tercapainya tujuan atau cita-cita. Lawannya adalah gagal, yaitu keadaan
tidak tercapainya suatu tujuan atau cita-cita. Sukses di sini masih memiliki
arti umum, dalam arti bisa bernilai benar atau salah, tergantung pada pandangan
hidup yang mendasari perumusan tujuan dan standar yang digunakan untuk menilai
suatu kesuksesan dan kegagalan. Seorang perampok misalnya, dapat dikatakan
sukses bila dia berhasil merampok barang yang telah ditargetkannya. Sementara
seorang petani, dikatakan sukses bila berhasil melakukan panen dengan hasil
yang sesuai dengan harapannya. Jadi, “sukses” tidak selamanya identik dengan
“benar”. Bisa saja seseorang merasa sukses, namun sebenarnya dia tidak berada
di atas kebenaran. Dengan kata lain, hakikatnya dia telah gagal.Yang harus
dicari adalah kesuksesan yang sejati, yaitu kesuksesan yang berada dalam jalur
kebenaran. Ini hanya terwujud bila seseorang mencapai suatu tujuan yang didasarkan
pada pandangan hidup dan standar yang benar. Dan di samping itu, kesuksesan itu
harus diraih dengan cara yang benar pula, bukan dengan sembarang cara.
Kesuksesan yang diraih lewat jalan yang tidak benar, sebenarnya adalah
kesuksesan yang semu dan palsu, bukan kesuksesan yang hakiki.
Demikian pula kiranya dengan dunia
pelajar. Tatkala seseorang ingin menjadi pelajar yang sukses dalam pendidikannya, maka
pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah, apa tujuan dari kita bersekolah?
Standar-standar serta indikator-indikator apa yang dipakai untuk mengukur
tercapainya tujuan itu? Apakah tujuan itu sudah didasarkan pada pandangan hidup
yang benar?
Antara Fakta Dan Idealita
Dunia saat ini (termasuk Dunia
Islam) dicengkeram oleh ideologi kapitalisme, yang berasaskan ide sekulerisme
(pemisahan agama dari kehidupan). Dengan demikian, seluruh aspek kehidupan
termasuk juga pendidikan, akan terwarnai dan terpola oleh ideologi asing
tersebut. Dalam sebuah sistem kehidupan yang menerapkan atau terpengaruh dengan
ideologi ini, sistem pendidikan akan senantiasa bersifat sekuleristik.
Pendidikan tidak akan memberikan ruang yang cukup bagi agama, sebab agama
bukanlah sesuatu yang penting dalam kehidupan. Agama hanya mengatur hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan, sementara hubungan manusia dengan manusia
lainnya, seperti aspek politik, ekonomi, budaya, tidaklah diatur oleh agama.
Karena itu, dapat dilihat bahwa output
sistem pendidikan seperti ini, hanya akan menjadi manusia yang pandai dalam
ilmu pengetahuan, namun dangkal dalam pemahaman agama. Para alumnus sistem ini
akan menjadi manusia yang sekuleristik, materialistik, oportunistik, dan
individualistik. Dikatakan sekuleristik, karena dia akan meletakkan agama dalam
posisi terbatas yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya. Sementara
aspek interaksi sosial yang luas, dianggapnya tidak perlu diatur dengan agama.
Bersifat materialistik, karena tujuan hidupnya hanya mengejar kesenangan
duniawi semata, seperti harta benda, jabatan, dan sebagainya, namun lupa akan
tujuan akhiratnya. Dikatakan oportunistik, karena cara dia mengukur segala
tindakannya adalah berdasarkan manfaat belaka, atau untung rugi, bukan
berdasarkan ketentuan halal-haram.Dan bersifat individualistik, karena dia akan
menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri, serta kurang menaruh
kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Memang manusia seperti ini akan
bisa hidup, namun jelas bukan hidup yang benar.
Dalam sistem sekuleristik seperti
ini, sukses tidaknya seorang mahasiswa tentunya hanya akan diukur berdasarkan
indikator-indikator akademik semata yang kering dari sentuhan nilai dan norma
agama. Pelajar tetap dikatakan sukses
setelah dia menyelesaikan studinya dalam waktu sekian tahun, dengan indeks
prestasi sekian, meskipun dia dangkal atau bahkan bodoh dalam pemahaman
agamanya. Apakah manusia seperti ini yang dikehendaki Islam? Cukupkah
kesuksesan pelajar muslim hanya diukur dengan indikator-indikator akademik
semata yang cenderung sekuleristik itu?
Sesungguhnya Islam telah menetapkan
tujuan dalam sebuah proses pendidikan, yang hanya bisa dicapai bila sebuah
sistem pendidikan didasarkan pada ideologi Islam, bukan ideologi kapitalisme
seperti yang ada saat ini. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah terbentuknya
kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah) yang dibekali dengan berbagai ilmu
dan pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan (Lihat Muqaddimah Dustur,
Taqiyyuddin An Nabhani, hal. 414). Memiliki kepribadian Islam, berarti
seseorang mempunyai pola pikir (aqliyah) yang Islami, yaitu dia akan menjadikan
Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menilai segala pemikiran yang ada. Di
samping itu, dia mempunyai pola jiwa/sikap (nafsiyah) yang Islami, yaitu
mempunyai kecenderungan perasaan yang Islami dan memenuhi segala kebutuhannya dengan
standar Syariat Islamiyah, baik kebutuhan jasmaninya (al hajat al ‘udlwiyah),
seperti makan dan minum, maupun kebutuhan naluriahnya (al gharizah), yang
meliputi naluri beragama (gharizah tadayyun), naluri mempertahankan diri
(gharizatul baqa’), dan naluri melangsungkan keturunan (gharizatun nau’),
beserta segala penampakan (mazhahir) yang muncul dari ketiga naluri tersebut.
Adapun ilmu dan pengetahuan yang
menjadi bekal hidup, adalah segala jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk
kehidupan bermasyarakat, seperti sains dan teknologi beserta segala macam ilmu
cabang dan terapannya. Namun demikian, Aqidah Islamiyah harus dijadikan standar
dalam hal pengambilan atau pengamalannya. Segala ilmu yang sesuai Aqidah
Islamiyah saja yang boleh diambil dan diamalkan. Yang bertentangan dengan
Aqidah Islamiyah haram untuk diambil dan diamalkan. Dari segi pengetahuan dan
studi, Islam memang membolehkan segala macam ilmu, meskipun bertentangan dengan
Islam. Tetapi dari segi pengambilan/pengamalan dan i’tiqad (keyakinan), Islam
hanya membolehkan pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Islam, bukan yang
lain. (Ibid., hal. 413).
Dengan
demikian, dapat diringkas bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan:
1).
Pembentukan kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah), dan
2)
Penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan.
Dari sinilah seharusnya seorang Pelajar
muslim menetapkan indikator-indikator kesuksesannya, sebab dia bukan sekedar
beridentitas Pelajar, tetapi juga seorang muslim. Identitas keislaman ini tentu
tak boleh dia tanggalkan dalam segala kiprahnya di dunia, termasuk kiprahnya
dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi.
Kiat Pelajar Muslim Sukses
Dari uraian di atas, kiranya jelas
bahwa seorang pelajar muslim yang sukses dapat dicirikan dengan dengan 2 (dua)
indikator:
1.
Dimilikinya kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah),
2.
Dikuasainya ilmu pengetahuan yang menjadi bidang studinya.
Seorang Pelajar muslim yang sukses,
dengan demikian, adalah Pelajar yang berhasil memiliki kedua indikator tersebut
secara bersamaan. Jadi Pelajar yang hanya menguasai pengetahuan yang menjadi
objek studinya, namun dangkal dalam pemahaman Islamnya, hakikatnya adalah Pelajar
yang gagal. (Meskipun menurut ukuran konvensional yang sekuleristik, dia adalah
Pelajar yang “sukses”!).
Untuk memiliki kepribadian Islam,
pada prinsipnya seorang Pelajar harus mempelajari Islam secara mendalam. Dia
harus menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai landasan berpikirnya, yang dengannya
dia dapat berpikir Islami dengan menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar
untuk menilai segala pemikiran yang ada. Dia harus juga menjadikan Syariat
Islamiyah yang lahir dari Aqidah Islamiyah sebagai standar untuk menetapkan
kecenderungannya dan memenuhi segala kebutuhannya. Salah satu karakter muslim
yang berkepribadian Islam, untuk konteks sekarang, adalah mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap kondisi umat. Kondisi umat Islam di seluruh dunia yang
kini dikuasai oleh ideologi kapitalisme yang kafir, harus membuatnya terhentak
dan tersadar dengan keadaran yang penuh dan menyeluruh untuk turut serta dalam
proses perubahan menuju kondisi yang Islami. Secara konkret, muslim yang peduli
dengan keadaan umat itu akan mengindentifikasikan dirinya sebagai seorang
pengemban dakwah (hamilud dakwah), sebab metode Islam untuk mengubah kondisi
tak Islami menjadi Islami tak lain adalah dengan jalan mengemban dakwah
Islamiyah (hamlud dakwah al islamiyah).
Untuk menguasai ilmu pengetahuan
yang menjadi objek studinya, seorang pelajar harus sukses secara akademik.
Kusman Shadik (1996) memaparkan kiat-kiat praktis untuk mencapai sukses
akademik di IPB, khususnya di TPB:
1.
Kepercayaan Diri
Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa
Anda punya potensi besar untuk meraih sukses di IPB, merupakan langkah awal
yang perlu dimiliki. Kepercayaan diri ini tentunya adalah kepercayaan yang
didasarkan pada adanya potensi intelektual yang nyata, bukan kepercayaan diri
palsu yang tidak didasarkan pada potensi intelektual yang nyata atau hanya
sekedar berdasarkan ilusi kosong. Rasa percaya diri akan berpola positif
apabila ditunjang oleh usaha yang gigih agar potensi intelektual yang ada ini
dapat teraktualisai secara optimal dalam kegiatan perkuliahan.
2.
Kesehatan
Beban studi yang tidak ringan jelas
memerlukan dukungan faktor kesehatan. Karena itu, suatu hal yang penting
diperhatikan adalah masalah kesehatan tubuh. Berupayalah Anda memiliki
kesehatan tubuh yang selalu prima agar Anda dapat mencapai hasil optimal dalam
menyelesaikan beban kuliah, responsi, dan praktikum. Menjaga kesehatan dapat
dilakukan dengan cara rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan
beristirahat secara cukup.
3.
Metode Belajar
Metode belajar di IPB sangat berbeda
dibandingkan dengan masa SMU. Di TPB ini seorang Pelajar dituntut bukan hanya
sekedar “bisa”, tetapi dituntut sampai pada tingkat “memahami”. Proses mencapai
pemahaman adalah mengkaitkan setiap informasi dengan fakta, atau mengkaitkan
fakta dengan informasi. Faktor terpentingnya, adalah informasi. Karenanya,
informasi (tentang mata kuliah) harus selalu ditambah. Penambahan informasi
selain dari diktat kuliah dapat dilakukan melalui sarana perpustakaan yang ada,
terutama buku ajar yang dijadikan sebagai referensi buku diktat tiap mata
kuliah. Buku-buku tersebut selain dapat memperluas konsep dasar dari mata
kuliah yang bersangkutan juga dapat melatih Anda untuk mengerjakan
bentuk-bentuk soal yang biasanya disertakan pada akhir tiap bab. Buku ajar ini
hampir semuanya ditulis dalam bahasa Inggris. Karenanya, kemampuan bahasa
Inggris merupakan salah satu penunjang kesuksesan akademik di IPB, terutama
setelah kuliah di fakultas. Jadwalkan waktu belajar dengan baik dan belajarlah
secara teratur, meskipun waktu ujian atau kuiz masih jauh.
4.
Ujian
Ujian merupakan momen penting yang
menentukan keberhasilan Pelajar dalam suatu mata kuliah. Dalam menghadapi ujian
di TPB perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
•
Perasaan tenang dan percaya diri merupakan komponen utama dalam menghadapi
ujian. Hindarkan perasaan stress, gugup, atau gelisah yang hanya akan
menghancurkan konsentrasi dan menggerogoti daya berpikir kita yang
sesungguhnya. Karenanya, berdoalah yang khusyu’ sebelum ujian.
•
Memantapkan secara sempurna tentang topik yang akan diujikan. Yang ideal,
pemantapan atau penguasaan mata kuliah hendaknya dilakukan secara bertahap.
Bukan secara dadakan atau instan dengan gaya “SKS” (Sistem Kebut Semalam).
Penumpukan informasi dalam volume besar dalam waktu yang singkat sangat tidak
efektif dan hanya akan memberikan beban yang berlebihan (over-loaded) terhadap
otak.
•
Mengenal lebih dini tentang format soal ujian untuk tiap mata kuliah yang
biasanya berbeda-beda antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lainnya. Untuk
mengetahui hal ini dapat dilihat pada berkas ujian pada tahun sebelumnya.
Hubungan yang baik dengan kakak kelas dalam hal ini tentu akan sangat membantu.
•Mempersiapkan
langkah teknis ujian akhir dengan baik, seperti KTM, pulpen, minimal 2 buah,
kalkulator apabila ujian tersebut diperkenankan untuk menggunakan kalkulator.
Meskipun sepertinya sepele, namun bila tidak disiapkan secara apik dan cermat,
akan bisa mempengaruhi mental kita dalam mengerjakan soal ujian.
Semua yang telah disampaikan di atas
yang berkenaan dengan kiat sukses dalam meraih prestasi akademik di IPB
khususnya TPB, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar waktu,
tenaga, dan potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Kiranya menjadi pelajar muslim yang
sukses memang merupakan dambaan. Namun sekali lagi perlu diperhatikan benar,
apa indikator “kesuksesan” yang digunakan. Jangan sampai Anda merasa menjadi
sukses, padahal sebenarnya gagal. Pelajar muslim yang sukses adalah Pelajar
berhasil meraih 2 (dua) hal sekaligus:
1.
Menjadi muslim yang berkepribadian Islam,
2.
Meraih kesuksesan secara akademik.
Selain itu, seorang Pelajar yang
berkepribadian Islam juga dituntut untuk peduli terhadap keadaan umat, dengan
jalan turut serta memikul tanggung jawab dakwah Islamiyah demi terwujudnya
tatanan umat dan masyarakat yang Islami.
Mungkin Cuma itu yang bisa saya post
kali ini, semoga bisa bermanfaat bagi generasi penerus bangsa.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Sumber : aiyantinurkamilati.blogspot.com
Posting Komentar
Posting Komentar